Siapa Yang GILA...???

Dalam kitab Uqalâul Majânîn (Orang-orang Gila yang Berakal) karya al-Hasan bin Muhammad bin Habib al-Naisaburi, dikisahkan tentang seorang bernama Bahlul, yang dikenal sebagai orang gila di zaman Abbasiyah saat khalifah Harun al-Rasyid bertakhta.

Pada suatu hari lewat Harun al-Rasyid di hadapan Bahlul al-Majnun yang sedang duduk di dekat kuburan.

Harun al-Rasyid berkata kepadanya: “Wahai Bahlul, kapan kamu berakal?”

Sejurus kemudian, Bahlul beranjak dari tempatnya lalu naik ke atas pohon. Setelah itu, dia memanggil Harun al-Rasyid dengan sekuat suaranya.

“Wahai Harun yang gila, kapan engkau sadar?”

Harun al-Rasyid kemudian menghampiri pohon dengan menunggangi kudanya seraya berkata: “Siapa yang gila, aku atau engkau yg selalu duduk di kuburan?”

“Aku berakal dan engkau yang gila.”

“Bagaimana bisa begitu?”

“Karena aku tahu bahwa gedungmu akan hancur dan kuburan ini tetap kekal. Makanya, aku memakmurkan kubur sebelum gedung. Sementara engkau memakmurkan gedungmu dan menghancurkan kuburmu, sampai-sampai engkau takut dipindahkan dari gedungmu ke kuburan. Padahal, engkau tahu bahwa engkau pasti masuk kubur.”

“Sekarang katakan, wahai Harun, siapa yang gila di antara kita?”

Bergetarlah hati Harun. Lalu, ia pun menangis bercucuran hingga air matanya membasahi jenggot. Kemudian ia berkata, “Demi Allah engkau yang benar. Tambahkan nasihatmu untukku, wahai Bahlul.”

“Cukup bagimu al-Qur'an maka jadikanlah pedoman,” tegas Bahlul.h

Amar bin Yasir radhiyallahu’anhu berkata, “Cukuplah kematian sebagai pemberi nasehat dan pelajaran. Cukuplah keyakinan sebagai kekayaan. Dan cukuplah ibadah sebagai kegiatan yang menyibukkan.”

Ulama Salaf berkata,

كَفَى بِالْمَوْتِ وَاعِظًا

“Cukuplah kematian sebagai pemberi nasehat.”

Komentar